Halaman

Jumat, 29 Oktober 2010

Munguap Menular



Mengapa Menguap Menular?

Ketika ada seseorang di samping kita menguap, tanpa disadari kita ikut menguap. Ketika duduk-duduk santai di tempat umum seperti taman, bangku pusat perbelanjaan, atau bahkan dalam bus, kita kadang menguap hampir bersamaan dengan orang yang duduk di sebelah kita. Bahkan sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa menguap juga dapat menular antarsimpanse. Sebetulnya, apakah yang dimaksud dengan menguap, mengapa orang menguap, dan mengapa menguap itu menular?

menguap merupakan refleks pernafasan untuk menarik lebih banyak oksigen ke dalam aliran darah. biasanya kita menguap tanpa disadari. Menguap kadang dikaitkan dengan seseorang yang lelah, tapi kelelahan tidak selalu menjadi penyebab menguap. Orang menguap bisa karena berbagai alasan, termasuk stres, kebosanan, emosi , dan kelelahan. Menguap merupakan sinyal sudah waktunya untuk tidur. Atau seseorang yang menguap ketika mereka bosan dapat menjadi tanda untuk mengubah topik pembicaraan.

Pernahkah anda memperhatikan bahwa menguap tampaknya menular? Jika salah satu orang menguap, ini tampaknya menyebabkan orang lain menguap. Para peneliti menemukan bahwa 40-60% dari orang yang melihat orang menguap akan ikut menguap sendiri. Bahkan membaca kata menguap dapat membuat orang menguap.




Mekanisme apa yang menyebabkan kita menguap?

menguap disebabkan oleh kebutuhan fisik, diantaranya:

* menguap merupakan refleks yang dipicu oleh darah yang membutuhkan lebih banyak oksigen. Bernapas dalam juga dapat membantu mengisi tingkat oksigen dalam darah.
* menguap dapat membantu mengatur suhu tubuh kita.
* selain itu, hipotesis lain mengatakan bahwa ada zat kimia di dalam otak kita yang mempengaruhi suasana hati dan emosi kita serta menyebabkan kita menguap.

tapi, mengapa melihat orang lain menguap dapat menular kepada kita?

sebuah kelompok di finlandia mencoba menelusuri jawabannya melalui sebuah studi. Studi tersebut menyatakan bahwa ternyata di dalam otak terdapat sirkuit yang menganalisis dan memerintah kita untuk mengikuti gerakan orang lain. Sirkuit ini disebut sebagai “sistem neuron cermin” atau mirror-neuron system karena mengandung jenis khusus dari sel-sel otak atau neuron, yang menjadi aktif ketika pemiliknya melakukan sesuatu dan merasakan orang lain melakukan hal yang sama. Cermin neuron menjadi aktif ketika seseorang meniru tindakan orang lain. Proses ini mirip dengan proses belajar. Namun belakangan, peran sistem ini terhadap penularan proses menguap mulai diragukan. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa sistem ini tidak tampak bekerja pada saat terjadinya menguap yang menular ini.

Sejak saat itu, teori-teori lain juga dikemukakan. Ada yang menyebutkan bahwa penularan tersebut diperantarai oleh bagian otak yang disebut sulkus temporal superior, ada pula yang mengatakan karena penularan terjadi karena deaktivasi periamigdala, suatu bagian di dalam otak. Namun seluruh teori ini juga belum dapat dibuktikan kebenarannya.

Belakangan ini, sebuah studi lain di tahun 2007 mengemukakan bahwa anak dengan gangguan autism tidak mengalami peningkatan frekuensi menguap setelah melihat video orang-orang yang menguap. Hasil ini berkebalikan dengan hasil anak lain yang normal. Dari studi ini, mereka menyimpulkan bahwa penularan menguap disebabkan oleh empati.

Hal ini juga didukung oleh penelitian lain. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal cognitive brain research oleh steven platek, phd, psikolog dari state university of new york di albania, menyebutkan bahwa penularan menguap merupakan respons empatetik, sama halnya seperti tertawa. Artinya, menguap menjadi cara dalam menunjukkan empati kita terhadap perasaan orang lain. “menguap tidak hanya bisa dipicu setelah melihat orang lain menguap, tetapi juga mendengarkan, membaca, atau bahkan berpikir tentang menguap,” kata platek, yang memimpin penelitian tersebut.


Sumber : Kaskus.us

Tidak ada komentar:

Posting Komentar